Rabu, 25 April 2012

Di Indonesia, Garam Tidak Hanya Di Laut !

posted by: Dunia Andromeda
Pernah mendengar pepatah  Asam di gunung, garam di laut ? Ternyata tidak melulu seperti itu. Terdapat satu tempat di Propinsi Kalimantan Timur yang justru menghasilkan garam di gunung. Sebagai kawasan yang terkenal dengan julukan The Highland of Borneo, Kecamatan Krayan (Kabupaten Nunukan) memiliki kekayaan sumberdaya alam yang tinggi mulai dari landscape yang unik, kekhasan budaya masayarakat lokal, penghasil beras berkualitas hingga memiliki mata air asin yang berasal dari pegunungan.

Garam gunung oleh masyarakat adat Suku Dayak disebut”Tusu Nado”  yang sudah dikonsumsi sejak jaman nenek moyang mereka hingga saat ini. Menurut cerita seorang yang saya temui di tempat pengolahan garam tersebut, sumber air asin penghasil garam ini ditemukan ketika nenek moyang Suku Dayak Lundayeh sedang berburu di hutan, seekor tupai berhasil di-sumpit (salah satu senjata khas Suku Dayak) dan jatuh ke air, saat tupai tersebut diolah (direbus) untuk kemudian dimakan ternyata rasanya sangat asin tidak seperti biasanya sehingga mereka mencari tahu di lokasi tupai itu jatuh dan ternyata ditemukan sumber air asin. Saat ini sumber air asin tersebut sudah direnovasi menjadi sumur garam.


Garam gunung memiliki cita rasa dan aroma yang khas dan memiliki kandungan yodium yang sangat tinggi. Kelebihan garam gunung dibandingkan dengan garam lain yang biasa terdapat dipasaran yaitu tidak mengubah warna hijau sayur walaupun dimasak dalam jangka waktu yang agak lama. Proses pembuatan garam ini sangat sederhana meskipun demikian tetap dibutuhkan ketelatenan untuk mendapatkan garam gunung berkualitas tinggi. 

Air dari sumur garam dipisahkan dengan kadar garamnya yang ditampung dan dimasak dalam sebuah kuali besar yang terbuat dari drum hingga airnya mengering dan hanya menyisakan bubuk putih garam. Bubuk putih garam ini yang biasanya dikemas per 1 kg dalam wadah plastik. Selain dalam kemasan plastik, tersedia juga garam gunung berbentuk batangan yang berbeda cara pemrosesannya. Tahapan ini yaitu dengan memasukkan air garam kedalam potongan-potongan bambu lalu dibakar sampai airnya mengering dan menyisakan gumpalan garam yang sudah mengeras, kemudian garam batangan ini dikeluarkan dari bambu tersebut lalu dikemas dalam bungkusan daun. 

Informasi tambahan bahwa dalam waktu dua minggu warga penghasil garam ini mampu memproduksi sebanyak 200 kg garam gunung dengan keuntungan produksi kurang lebih 5 juta rupiah. Oleh karena itu, untuk menjaga keberlangsungan produksi garam gunung sebagai salah satu sumber pendapatan, masyarakat tetap menjaga kelestarian sumber garam dan hutan disekitarnya.


Lokasi keberadaan garam gunung ini terletak di Desa Long Midang (wilayah adat Krayan Hulu), Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan dimana desa tersebut berbatasan langsung dengan Malaysia. Di Malaysia, garam gunung ini sangat 
diakui kualitasnya dan dijadikan sebagai salah satu rujukan alternatif pengobatan secara tradisional. 
Secara geografis dan pertimbangan akses transportasi, memang Desa Long Midang (Krayan) ini lebih dekat ke Malaysia dan dapat dengan mudah dijangkau dengan transportasi darat, untuk mencapai wilayah (Indonesia) lain yang terdekat dengan Krayan saja harus menggunakan transportasi udara (pesawat) sehingga tidak mengherankan apabila para pengolah garam ini lebih memilih Malaysia sebagai pasar mereka daripada pasar dalam negeri. Hal ini jugalah yang menyebabkan masyarakat Indonesia banyak yang tidak/belum mengetahui produk garam berkualitas seperti garam gunung di Krayan ini.


Sumur garam (sumber: deliasbaracasa.blogspot.com)

Sumur garam

Proses pembuatan (sumber: vekoreoga.blogspot.com)

Proses pembuatan


Sumur garam (sumber: chanlee.blogspot.com)

Sumur garam

garam siap jual (sumber: widodoharjono.files.wordpress.com)

garam siap jual



Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...